Langsung ke konten utama

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH


      Makkiyah adalah ayat yang turun sebelum Nabi hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota Makah, semisal di Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Seperti ayat 3 surat al-Maidah, termasuk Madaniyah karena turun pada hari jumat di Arafah ketika haji wada’. 
Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Nabi hijrah, meskipun ayat tersebut diturunkan di Badar, Uhud, Arafah atau Makah.(al-Zarqani, 1988: 194-195).

Metode mengetahui makkiyah dan madaniyyah

Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah diperoleh berdasarkan riwayat sahabat dan tabiin, karena nabi Saw tidak menjelaskan tentang hal ini, dan kaum muslimin ketika itu belum membutuhkannya, karena mereka menyaksikan wahyu dan turunnya al-Qur’an, menyaksikan tempat dan masa turunya serta sebabnya.
   Hal ini juga didasarkan keterangan Abdullah bin Mas’ud ; “Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, surat apa yang diturunkan dari kitab Allah kecuali aku yang paling mengetahui dimana diturunkan.”

Al-Ja’bari berkata: Untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniah ada dua jalan, yaitu PERTAMA, jalan sima’i naqli (riwayat) dan KEDUA, jalan qiyas ijtihadi.
Jalan riwayat adalah berdasarkan riwayat yang sampai kepada kita mengenai turunnya al-Quran itu. Jalan qiyas (analogi), seperti yang dikatakan al-Qamah dari ‘Abd Allah, yaitu semua surah yang berisi “Ya Ayyuh al-Nas” dan seterusnya. (jurnal hunafa, vol 7, no 1, April 2010, 64-65)

Ciri-ciri ayat makkiyah

1. Surah atau ayat-ayat Makkiyah memiliki ayat atau suku kata yang pendek-pendek dan kata-kata yang digunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan karena penuh dengan sajak-sajak atau syair serta ungkapan perasaan.

2. Kalimat yang dipergunakan juga tergolong fasih dan baligh. Banyak qasam atau sumpah, seperti (wal fajr, was subhi, wal-layl), tasybih (sabbaha lillahi ma fis-samawati wal-arh, yusabbihu lillahi ma fis-samawati wa ma fil-arh, dan amtsal .

3. Gaya bahasa bersifat kongkrit maupun realitis materialis, setiap surah atau ayat-ayat Makkiyah terdapat lafadz Kalla dan Yaa Ayyuhannass.

4. Ayat-ayat Makiyyah banyak berisikikan tentang ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, serta meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada yang selain Allah SWT.

5. Ayat-ayat Makkiyah juga mengisahkan tentang para nabi dan kehidupan umat-umat terdahulu, pembuktian tentang risalah Allah SWT, kebenaran akan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, kedatangan hari kiamat dan segala keringanannya, penjelasan tentang surga dan segala kenikmatannya, serta neraka dan segala siksaannya. (al-Zarqani, 1988: 196-197)

Ciri-ciri ayat madaniyyah

1. Ayat atau surah-surah Madaniyah menggunakan kata-kata atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan kokoh.

2. Kata-kata atau kalimat dalam surah Madaniyah menggunakan kalimat-kalimat ushul serta ungkapan-ungkapan syariah atau hukum.

3. Surat atau ayat-ayat Madaniyyah terkandung seruan "Yaa Ayyuhalladzina aamanuu" dan identik dengan ayat yang panjang-panjang.

4.  Gaya bahasa yang dapat menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat.

5. Di dalam surah atau ayat-ayat Madaniyah mengandung kewajiban bagi setiap makhluk serta sanksi-sanksinya, seperti; perintah untuk beribadah, berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk Islam, perintah untuk berdakwah.

6. Di dalam surah Madaniyah disebutkan tentang orang-orang munafik;

7. Di dalam surah Madaniyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli kitab yang berisi tentang hukum dan perundang-undangan.  (M. Ghufron, 2017).

Faedah ilmu makkiyah dan madaniyyah

1. Dapat membedakan dan mengetahui ayat mana yang Mansukh dan Nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan.

2. Dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dengan demikian dapat meningkatkan keyakinan terhadap ketinggian kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.

3. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur'an, karena melihat besarnya perhatian umat Islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang turun pada waktu dan waktu malam, mengetahui ayat-ayat yang diturunkan pada musim panas dan musim dingin dan sebagainya.
4. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya al-Qur'an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah (al-Zarqani, 1988: 195-196).




Komentar